Buku - Buku yang Merubah Hidup Saya (Part 4)

By Anna - April 18, 2020

Buku lagi, buku lagi?!


Iya, hehehe. Percayalah, wawasan akan semakin terbuka dengan membaca banyak buku. Lebih baik lagi, jika yang dibaca adalah buku-buku bagus dan berkualitas. Yang bisa membangun dan merubah hidup, ke arah yang lebih baik, tentu saja. 

Pertanyaannya, bagaimana memilih buku yang bagus? Cara pertama adalah dengan membaca ringkasan, preview dan review dari situs goodreads. Kedua, dari rekomendasi. 

Bagi saya, rekomendasi buku sangatlah penting. Dengan adanya rekomendasi, saya memiliki insight dan ekspektasi kira-kira seperti apa buku tersebut. Penilaian akan bagus tidaknya sebuah buku menurut saya sangatlah subjektif.   Buku yang bagus menurut saya, belum tentu bagus menurut anda, dan sebaliknya. Dan jangan mudah terkecoh dengan label ‘best seller’ di toko buku. Sekali lagi, penilaian bagus tidaknya sebuah buku amat subjektif, jadi tergantung pembacanya. Buku The Secret karya Rhoda Byrne dan The Subtle Art of Not Giving a F*ck karya Mark Manson adalah salah dua buku best seller yang menurut saya kurang menarik. Bahkan setelah setahun, saya tak mampu membaca hingga separuh isinya.

Untuk itulah saya memerlukan rekomendasi. Rekomendasi terbaik adalah dari seseorang yang anda kenal dan memiliki minat yang sama dengan anda. Kebetulan, saya memiliki teman yang demikian. Hobi baca dan tertarik dengan hal-hal yang berhubungan dengan pengembangan diri. Bonus, ia memiliki toko buku bekas yang juga difungsikan sebagai perpustakaan pribadi. Sebagai teman dekat, saya mendapatkan privilege dipinjami buku-buku bagus rekomendasinya. Saya sangat beruntung!

Baiklah, jadi buku - buku berikut ini adalah rekomendasi teman saya, and I am glad I read them!

Pertama, buku Smart Couple Finish Rich karya David Bach. Inti dari buku ini adalah tentang merencanakan keuangan bersama pasangan. Buku ini membuka mata saya mengenai pentingnya membicarakan masalah keuangan dengan pasangan, dan betapa penting memiliki tujuan yang sama dengan pasangan. Banyak hal-hal yang selama ini tak pernah terpikirkan oleh saya, ditunjukkan dengan gamblang dalam buku ini. Contohnya pertanyaan yang terdengar sederhana seperti, “Apa yang sebetulnya pasangan saya inginkan?” Banyak dari kita mengira kita betul-betul tahu apa yang pasangan kita inginkan, padahal sebetulnya kita hanya berasumsi. Untuk membuktikannya, silahkan tanyakan kepada pasangan anda apa yang paling dia inginkan, lalu cocokkan dengan asumsi anda.  Jika jawaban anda benar, selamat! Berarti anda betul-betul memahami pasangan anda. Sebaliknya jika jawaban anda salah, itu normal saja. Kebanyakan dari kita ternyata seperti itu, termasuk saya sendiri. 

Banyak hal lain yang saya garis bawahi seperti Latte Factor, fakta dan mitos mengenai uang dan pasangan, belajar membuat prioritas demi tujuan bersama, membangun aset dengan berinvestasi sejak dini, kiat menabung yang ideal, dan lain sebagainya.  Karena begitu banyaknya detail yang penting, saya sarankan anda membaca sendiri bukunya. 

Buku kedua adalah buku-buku karya Robert Kiyosaki. Yang paling berkesan bagi saya pribadi adalah Rich Dad, Poor Dad dan Cashflow Quadrant. Pertama kalinya dalam 32 tahun hidup saya, saya tersadar betapa pentingnya melek finansial. Saya merasa ‘tertampar’ saat menyadari bahwa selama ini saya sibuk mengumpulkan liabilitas dan bukan mengumpulkan aset. Dari Kiyosaki saya belajar  untuk membayar diri saya terlebih dahulu dengan berinvestasi. Selama ini yang saya tahu, investasi itu mengandung resiko, tapi Kiyosaki berpendapat bahwa justru dengan tidak melakukan apa-apa, itulah resiko. Buku ini seperti memiliki sihir, saya yang dulunya amat konservatif, keras kepala dan sangat menghindari resiko menjadi lebih terbuka dan mulai mempelajari bidang ini lebih detail. Saya mulai menabung di reksadana dengan instrumen pasar uang, obligasi dan saham. Saya juga mulai membaca buku-buku mengenai saham. Ternyata, dunia keuangan itu lumayan menarik juga.

Salah satu dorongan besar dari buku Kiyosaki adalah keberanian dalam membangun bisnis. Kebetulan, sudah sejak lama suami mendorong saya untuk belajar MBA supaya kedepannya saya bisa membantunya mengelola bisnis kami sendiri. Dulu saya pesimis dengan kemampuan saya sendiri, namun sejak membaca buku-buku Kiyosaki saya menjadi bersemangat. Saya bahkan mengikuti kursus dan workshop bisnis di sela-sela kesibukan saya mengurus rumah tangga Kedepannya, saya dan suami berencana untuk berkolaborasi membangkitkan kembali architecture firm yang dulu dimilikinya di London dan akan memulainya lagi di Sydney (fyi, suami saya seorang arsitek). Kami berdua menjadi sangat bersemangat. Jalan memang masih amat sangat jauh dan berliku, tapi saya menjadi lebih berani memulai dan merencanakan sebuah sistem bisnis. Terimakasih, Kiyosaki. Buku-buku anda telah memberikan semangat yang luar biasa!

Ada satu statement menarik yang mengubah cara pandang saya terhadap uang, yaitu: kriteria ‘kaya’ bukanlah dari nominal, tapi dari durasi. Contohnya ada si A yang memiliki uang 50 juta tapi pengeluaran per bulannya 10 juta. Jadi uang itu akan habis dalam waktu 5 bulan. Sedangkan si B memiliki uang 30 juta, tapi pengeluarannya hanya 2 juta. Uang itu akan habis dalam waktu 15 bulan. Siapakah yang lebih kaya? Jawabannya adalah si B karena ia bisa bertahan lebih lama dengan uangnya daripada si A. Sayang sekali, saya benar-benar lupa dari buku mana statement ini saya dapatkan.

***Selain membaca buku-buku tentang finansial, saya juga menyempatkan diri menyimak postingan dari para pakar keuangan di media sosial, seperti Jouska. Selain itu, platform penjual reksadana yang saya pakai juga rutin memberikan pendidikan dan strategi keuangan. Karena saya pemula, saya menggunakan aplikasi bibit karena memiliki fitur robo advisor, yang langsung memilihkan jenis reksadana terbaik berdasarkan profil resiko saya. Saya sudah menggunakan aplikasi bibit ini sejak awal tahun ini dan lumayan puas dengan fitur-fiturnya. Bagi anda yang akan mulai menabung reksadana di bibit, bisa memasukkan kode referral saya siti38 untuk mendapatkan cashback 50ribu. *aduh, maaf ya saya jadi keceplosan promosi. 

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar