Saya sangat setuju dengan
pernyataan kak Trinity Traveler bahwa salah satu manfaat jalan-jalan adalah
untuk menambah pengetahuan dan tidak kuper. Pengetahuan apa? Ya pengetahuan
umum, supaya gak malu-maluin di negeri orang. Saya memang bukan seorang penyuka
jalan-jalan atau seorang hard core traveler atau traveler sejati seperti kak
Trinity. Maklum, sebagai pekerja biasa, manalah saya bisa cuti sering-sering
dan lama *sampai di sini saya langsung merasa sedih. Namun, setidaknya gak
naif-naif amat karena banyak baca buku (lagi-lagi bukunya kak Trinity). Iya,
saya ngefans banget sama kakak tukang jalan-jalan satu itu.
Sebenarnya agak gimana ya kalo
dibilang malu-maluin. Tapi saya jadi geli saja dengan tamu-tamu yang
pertanyaannya membuat saya sakit perut seketika. Contohnya:
" I want to
complain." Seorang tamu emak-emak bule datang ke saya dan langsung
pasang muka ngambek.
" May I know what's the
problem, Maam?"
" 10 minutes ago I asked
your colleague where I can withdraw my money." Katanya.
" Yes.. and..?"
Saya masih sabar nih ceritanya apa ada yang salah dengan rekomendasi teman
saya.
" Then he suggested me
to go to the ATM machine just down the road..."
Sampai di sini saya agak-agak
khawatir. Banyak kasus kartu tertelan gara-gara si bule kelamaan bengong, tidak
segera memencet tombol di mesin ATM.
" You know what, I
received rupiah from the ATM. Rupiah, not in Australian dollar!"
Nah lo? Memangnya ada yang
salah?
" ATM machine here only
has rupiah in it, Maam. So whatever your currency in your card, when you
withdraw money, of course it will be in rupiah." Perut saya tiba-tiba
kram nahan kentut.
" Oh.." Katanya
dengan wajah yang innocent. Kali ini, rasanya saya kepingin kentut beneran
saking gak kuat nahan geli.
Contoh lain...
" I want to check
out." Seorang bapak-bapak berwajah Cina menghampiri konter saya suatu
hari.
Karena prepaid booking, otomatis
kamar sudah lunas terbayar. Si tamu juga tidak ada konsumsi apa-apa, dan
sayapun mengucapkan terimakasih, proses check out selesai.
Namun s tamu masih di sana,
seperti menunggu sesuatu.
" I want the receipt."
Katanya.
Nah lo? Receipt apaan? Makan,
minum, minibar gak ada semua kok.
" Room receipt. Please
print room receipt." Katanya lagi.
Sayapun menjelaskan bahwa dia
booking melalui online prepaid booking, yang artinya bookingannya dia
sudah terbayar oleh pihak online agent (Agoda), sehingga di system kami harga
yang tertera adalah harga agent (dan sudah terbayar), yang strictly tidak boleh
dilihat oleh tamu. Tentu saya menolak memberikan print out bill.
" Other hotels gave me
the print bill. Why you are so difficult."
Iya, rasanya saya mau
kremes-kremes aja ini tamu.
" Because it is prepaid
booking, Sir. You should have receipt from Agoda when you completed the
booking." Saya balik ngeyelin dia.
" I know, but I need the
receipt with hotel's letter head on it to refund the tax at the airport."
What?! Rasanya saya pingin
langsung muncrat, untungnya bisa saya tahan. Lah sejak kapan pajak hotel bisa
direfund? Kalau misalnya belanja di toko-toko tertentu dengan nominal tertentu,
memang tax bisa direfund di bandara, tapi sejak kapan hotel tax ikut-ikutan
direfund?
Balik lagi ke topik jalan-jalan.
Manfaat lain jalan-jalan adalah membuat orang lebih terbuka atau istilahnya
open minded. Open minded bagi saya artinya adalah menerima keadaan.
Namanya jalan-jalan, apalagi di negeri orang, janganlah disamakan dengan negara
sendiri. Lagi-lagi mengutip bahasa keren kak Trinity bahwa "satu-satunya
kepastian di negara tercinta ini adalah ketidakpastian." Kalo di internet
dibilangnya sekian kilo hanya butuh sekian menit, pada kenyataannya bisa
berpuluh menit jauh dari perkiraan.
Open minded kedua artinya
menerima. Menerima apanya? Menerima informasi dari orang lain tanpa harus
ngeyel dan membuktikan sendiri kebenarannya. Kalo informasi yang diberikan
benar ya sukur, tidak benar ya nothing to loose. Nyebelin banget kalo
ada tamu yang sotoy, udah nanya-nanya, dijawab bener malah ngeyel.
"Excuse me." Ini
suatu hari ada tamu yang dateng ke konter saya, sepertinya mau nanya sesuatu.
" I want to go to Legian
beach. How long does it take by taxi from here?" Tanyanya lagi.
" It takes about 20
minutes, Maam." sambil ngelirik arloji, jam-jamnya lagi
macet-macetnya.
" Really? Can not
be..." Katanya lagi.
" It is only 2 KM away
according to the map. It will take no more than 5 minutes. I can even
walk!" Tambahnya.
" Yes, Maam. But
Seminyak street is small and so many cars passing and so many cars park on the
street and it makes traffic so bad." Saya jelasin panjang lebar aja
sekalian biar dia yakin saya gak lebay. Si tamu nanggepinnya gimana gitu, kaya
gak percaya dengan keterangan yang saya berikan. Ya udin, kalo gak percaya ya
monggo silahkan dibuktikan sendiri! Lagian ini tamu nanya apa ngetes sih? Kalo
udah tau ya ngapain nanyak? Saya jadi sewot ini.
Singkatnya, sorenya saya ketemu
lagi sama ini tamu waktu dia jalan di lobby. Dia sih gak ada ngeliat ke arah
saya, dan jalannya cepet-cepet gitu. But saya sengaja aja nyapa dia, cuma mau
ngetes berapa lama dia nyampe Legian. dan diapun ngeluh...
" Yeah, you are right.
It took nearly 45 minutes just to go to Legian. Taxi didn't really move. I
think walking is faster. Traffic was really crazy."
Sayapun ketawa ngakak dalam
hati. Rasain! Eh, ini baru Bali loh, belum tau dia gimana rasanya kalo kejebak
macet di Jakarta...
Dan yang paling nyebelin dari
semuanya itu, kalo ada tamu yang songong, gayanya selangit, tapi (maaf) bloon.
Udah gitu ngeyel dan sok bossy pulak!
Ceritanya ini tamu mau check
out, dan niatnya bayar pakai credit card. Pas digesek, eh ternyata DECLINE.
Saya kasih tahu tamunya dong, bahwa transaksinya gagal, dan meminta tamu
menggunakan alternatif kartu lain (jika ada) atau payment dalam bentuk cash.
" You try again."
katanya.
Siap, Boss!!!! Dalam hati saya
membatin kesal, kalo aja ini orang bukan tamu, saya sudah bejek-bejek
mukanya.Transaksi decline mau dicoba berapa kali kalo decline ya bakalan
decline terus, lah!
Dan seperti yang saya duga,
percobaan kedua juga decline. Sayapun mengulang permintaan agar tamu menggunakan
alternatif kartu lain atau cash, eh.. saya malah dibentak.
" You check the balance
there! It should work. I have more than enough to pay!" Katanya dengan
gayanya yang super arogant.
Ngecek? Ngecek saldo di EDC? Ini
becanda kan ya? Kenapa gak sekalian aja suruh saya narik duit dari mesin EDC?
Ampun maaakkk...!
Makanya, jalan-jalan sering-sering biar gak gini-gini amat.
Belum bisa jalan karena kendala waktu dan biaya? Ya, baca buku travel seperti
saya ^_^. Setuju?