Melihat Sisi Baik

By Anna - June 04, 2020

“Bagaimana, kerasan training di sini?” Saya basa basi bertanya pada seorang trainee dari departemen Housekeeping saat kebetulan duduk semeja dan makan siang bersama.
“Kacau sekali, mbak. Semua orang kerjanya hanya main suruh, tiap hari kamar yang dibersihkan sudah seperti kapal pecah, mana supervisornya galak pula, pasti habis dimarahi kalau kamar kurang bersih sedikit saja.” Ujarnya panjang lebar.

Di kesempatan lain seorang trainee malu-malu meminta izin untuk duduk semeja dengan saya. Setelah menikmati makan siang, tanpa saya minta trainee itu bercerita, “jadi begini ya mbak rasanya kerja di hotel. Rupanya banyak sekali yang harus dipelajari. Banyak hal yang ternyata berbeda dengan yang diajarkan di bangku kuliah. Tapi saya beruntung, semua staff baik. Meski kadang galak, tapi mereka tidak pelit berbagi ilmu.”
Sayapun penasaran, di departemen mana dia training.
“Saya di housekeeping.” Jawabnya singkat. Setelah itu pamit karena jam istirahatnya akan segera habis.

Jika diamati, kedua trainee ini kurang lebih memiliki tugas yang sama, menu makan siang yang sama, hotel yang sama, dan manager serta supervisor yang sama, sama galaknya. Tetapi ternyata keduanya memiliki pandangan yang berbeda mengenai pekerjaannya.

Hidup ini adalah pilihan, tak hanya memilih jurusan IPA atau IPS saat SMA, memilih kuliah di universitas A atau B, atau bekerja di perusahaan C atau D. Lebih dari itu, kita semua memiliki pilihan dalam memilih sudut pandang, mau melihat dari sisi jelek atau sisi baik. Melihat dan fokus pada sisi baik selalu bisa dilakukan dengan latihan. Latihan bisa dimulai dari yang kecil, seperti peristiwa anda tanpa sengaja menumpahkan air, macet di jalan, kehabisan tempat parkir, menghadapi balita yang membangkang, dan banyak hal kecil lain yang menyebalkan. Sekarang cobalah melihat itu semua dari sisi baiknya. Sulit? Memang, bahkan saya yakin sebagian dari kita mengatakan hal itu mustahil dilakukan. Coba ingat-ingat saat anda belajar makan dengan sendok garpu atau bahkan sumpit dulu. Atau soal matematika perkalian saat anda masih kelas 1 SD. Mungkin awalnya terasa sangat sulit. 

Sulit dan mudah itu sendiri sangat relatif. Saat anda sudah terbiasa makan dengan sedok garpu, maka anda akan mengatakan makan pakai sendok garpu itu mudah. Saat anda sudah naik kelas 3 SD, maka soal perkalian yang dulu dirasa sangat sulit menjadi mudah. Kemampuan kita juga relatif.  Begitu pula dengan hidup ini, saya percaya bahwa sebetulnya tidak ada masalah besar di dunia ini, yang ada adalah kemampuan kita yang terbatas.



Setiap peristiwa pada dasarnya adalah netral, tidak bernilai apa-apa. Kitalah yang kemudian memberi label baik atau tidaknya. Pelabelan pada suatu kejadian adalah pilihan kita, kita selalu bisa melabeli itu baik atau buruk. Orang yang selalu memili untuk melihat dunia dari sisi keindahan adalah orang yang beruntung, karena mereka tidak tergantung dengan keadaan dan tidak menyalahkan situasi. Mereka mampu meningkatkan kekuatan diri yang luar biasa yang terdapat dalam setiap diri manusia, yaitu kemampuan untuk memilih.

Jadi, jika ada seorang HR manager, trainee manakah yang anda pilih?

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar