Loker

By Anna - October 23, 2013

Salah satu fasilitas yang diberikan pihak hotel untuk karyawan hotel adalah loker room. Loker room sejatinya adalah sebuah ruangan istirahat yang terbagi menjadi beberapa bagian, umumnya ada shower room, toilet dan wastafel yang dilengkapi dengan kaca super besar, split room yang isinya bunk bed atau ranjang susun, dan ruang ibadah (di beberapa hotel ada juga mushola terpisah). Di the Grand beach, karena jumlah karyawannya ribuan, jumlah lokernya juga ribuan. Shower room berjejer sebanyak delapan buah, toiletnya sepuluh, dan wastafelnya sampai tiga baris. Staff the Grand Beach cukup beruntung mendapatkan satu loker untuk tiap karyawan, sedangkan kami yang trainee  harus cukup puas dengan sharing loker yang bisa dipakai hingga empat orang per loker! Loker berukuran 30 x 60 cm itu sendiri umumnya dipakai untuk menyimpan berbagai keperluan pribadi seperti tas, sepatu, dan peralatan make up. Saya lihat, beberapa staff bahkan menjejalkan berbagai macam benda di dalamnya seperti pakaian ganti berikut hangernya, bantal kecil, snack dan botol minuman, boneka, berbagai macam sepatu lengkap dengan dusnya, sampai satu kresek canang (bunga dan janur yang dipakai untuk berdoa bagi umat hindu) lengkap dengan dupa-nya. Penuh!
Kalau di tempat kerja yang sekarang dan di The Royal Surabaya dulu, yang bertanggung jawab terhadap kebersihan loker umumnya adalah Housekeeping bagian public area yang tugasnya merangkap membersihkan area koridor, loker dan back office. Namun di The Grand Beach, saking besar dan banyaknya karyawannya, sampai ada staff khusus yang tugasnya hanya membersihkan loker! Mulanya saya mikir, ini ibu-ibu enak bener ya cuma bersihin loker aja tugasnya? Soalnya saya kasihan dengan housekeeping bagian publik area yang bertugas di bagian outdoor, tugas mereka adalah membersihkan ‘pekarangan’ the Grand Beach yang berhektar-hektar sampai ke pantainya yang panjangnya ratusan meter itu. Ternyata, setiap hari saya melihat ibu penjaga loker itu mengeluh, dari banyaknya sampah yang berceceran, loker banjir, hingga lantai yang kotor karena rambut-rambut yang berjatuhan dan berbagai macam bekas sepatu campur aduk datang dan pergi seenaknya. Duh!
Di loker sendiri, yang biasa dilakukan biasanya ngobrol dan bergosip. Beberapa sibuk bertransaksi karena nyambi jualan. Sebenarnya berjualan di area hotel tidak diperkenankan oleh pihak management, tapi dasar tuntutan hidup yang tak pernah ada ujungnya, selalu saja ada cara untuk berkelit. Selain itu, peraturan diciptakan memang untuk dilanggar, bukan? Kalau saya iseng nyindir, “Lah, bukannya service charge sama gaji udah gede, Bu. Bapak kan juga kerja di hotel kan ya?”
Mengerti kemana arah pertanyaan saya, mereka langsung protes, “kamu enak, bukan orang Hindu. Gak perlu ikut macam-macam upacara. Kalau orang Hindu ya duitnya habis buat upacara, jegeg!” Lah, ibadahnya gak ikhlas dong?
Jenis jualan yang dijual juga bervariasi, dari yang jualan pulsa, boneka, makanan ringan, kain tenun Bali, pakaian, sepatu, sandal, aksesoris dan perhiasan, kosmetik, hingga kredit barang-barang elektronik dan alat dapur! Beberapa yang lain malah sibuk memprospek beberapa rekan lain untuk dijadikan downline karena ikutan MLM (Multi level marketing). Pasar Badung* pindah tempat rupanya!
Selain bergosip dan jualan, kegiatan yang biasa dilakukan di loker umumnya ya mandi di shower room, ganti baju, gosok gigi dan make up di wastafel yang selalu berakhir narsis; photo-photo dengan berbagai pose. Saya termasuk di dalamnya. Maklumlah, jamannya saya masih muda saya sempat jadi banci kamera juga. Hehehe…
Meskipun ramai bak pasar, ternyata ada loh beberapa karyawan yang memanfaatkan waktu istirahatnya dengan tidur siang. Mereka cuek saja menggelar trash bag (kresek besar untuk menampung sampah) di lantai, dan tidur. Beberapa orang malah ada yang punya bantal di lokernya dan selalu tidur siang pas istirahat. Di The Grand beach sih, saya tidak pernah tidur siang karena berisiknya ampun dan suasananya sudah mirip pasar, lalu tidak ada spit room dan tidak terbiasa tidur di lantai. Tapi di The Royal Surabaya, saya hampir selalu memanfaatkan split room untuk tidur, minimal setengah jam. Biasanya saya menyetel alarm lima menit sebelum jam istirahat saya habis. Tapi pernah sekali waktu, saking nyamannya split room, saya ketiduran dua jam! Alarm sih saya pasang, tapi pas alarm berdering dan masih ada waktu lima menit, saya cuek saja dan melanjutkan tidur, dan ternyata malah kebablasan dua jam! Sayapun kembali ke konter reception dan disambut dengan tatapan penuh tanya dari Citra, junior saya yang saat itu masih training. Aduh, maaf ya dek, saya memang bukan senior yang baik…

*Pasar Badung : Pasar besar di daerah Denpasar

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar