Saya
paling sebel kalau ada tamu saya yang nanya, “do you know where can I get
magic mushroom?”
Bagi
yang sering ke Bali dan suka pelesiran di area Kuta dan sekitarnya, pasti sudah
tidak asing lagi dengan yang namanya magic mushroom. Magic mushroom ini
sejatinya adalah sejenis jamur yang konon tumbuh dari kotoran sapi atau kerbau.
Magic mushroom ini bisa memberikan efek halusinansi sesaat bagi penggunanya,
namun bukan termasuk golongan narkotika yang sudah jelas dilarang penggunaanya.
Di Jakarta saya dengar sudah banyak dilarang dan diawasi dari penanaman hingga
peredarannya. Meski dilarang, anehnya di Bali banyak sekali ditemui penjualnya,
entah di emperan, toko, bahkan sampai ke restoran!
Jamur
halusinogenik seperti magic mushroom ini tergolong dalam genus Psilocybin.
Jenis ini, telah diteliti di seluruh dunia dan diekstraksi ke dalam bentuk obat
untuk mengobati penyakit neurologikdan psikiatrik, dan dipasarkan dengan tujuan
eksperimental dan sebagai agen psikoterapi. Di beberapa negara di dunia, jenis
jamur ini bahkan digunakan sebagai pengganti methadone untuk terapi pecandu
narkotika. Meskipun begitu, jenis jamur ini tidak menyebabkan keracunan atau
ketagihan. Cara mengkonsumsi magic mushroom ini juga unik, bisa dibikin jus
atau langsung dicampur kedalam makanan dan dimasak bersamaan, seperti dibikin
campuran sayur, nasi goreng, sampai martabak.
Efek
setelah mengkonsumsi si jamur ajaib ini bervariasi, tergantung dari mood
penggunanya sebelum mengkonsumsinya. Efek halusinogen dari jamur ini adalah
mengeluarkan segala isi hati dan memberikan efek distorsi visual, ruang dan
waktu. Jika pengguna jamur ini sedang dalam keadaan berbahagia, maka setelah
mengkonsumsi jamur ini penggunanya akan menjadi berlebihan mengekspresikan euphoria
kebahagiaannya. Efek yang paling sering saya lihat adalah tertawa
terbahak-bahak tanpa control dan menyanyi lagu-lagu ceria dengan penuh
penghayatan layaknya seorang penyanyi dalam konser tunggal. Efek sebaliknya,
jika penggunannya sedang sedih, maka saat sedang dalam pengaruh jamur ajaib,
penggunanya akan berkali-kali lipat kesedihannya bahkan depresi dan di beberapa
kasus ada yang sampai melakukan percobaan bunuh diri segala. Hiii!
Seringnya,
restoran masakan Bali yang lokasinya tepat persis di seberang hotel tempat saya
kerja ini, pelanggannya ada yang tiba-tiba tertawa terbahak-bahak dan
teriak-teriak di depan restaurant sehingga terdengar sampai ke dalam
hotel. Belakangan saya tahu, di
restaurant ini juga menyediakan magic mushroom yang bisa dicampur ke berbagai
masakan sesuai dengan pesanan! Tak hanya teriak-teriak, tamu ini juga
bernyanyi-nyanyi sambil seakan-akan sedang mengadakan konser tunggal. Sudah tau
sedang “fly”, orang-orang disekitarnya malahan menyemangati sang “penyanyi” dan
suasanapun menjadi semakin hingar bingar.
Suatu
malam sehabis hujan, seorang bule masuk ke lobby dengan dipapah seorang teman
wanitanya dan dibantu seorang security. Saya kira si bule sakit atau apa,
karena pas naik tangga lobby yang tingginya tak lebih dari 20 cm saja si bule
sampai merangkak sambil bercucuran keringat seperti mendaki gunung Semeru.
Begitu sampai di lobby, si bule duduk termenung dan menangis tersedu. Begitu
musik di lobby mati (jeda dengan musik berikutnya) si bule makin kenceng
nangisnya dan merengek-rengek minta diputarkan musik, persis seperti orang yang
baru pertama kali mendengar musik. Begitu musik diputar lagi, si bule kembali
sibuk dengan dirinya sendiri dan terlihat sangat menikmati. Sayapun iseng
menanyai pacarnya kenapa si bule bisa seperti itu.
“Nothing,
just magic mushroom,” katanya.
Oh,
pantas!
Si cewek juga cerita, si bule ketakutan luar
biasa saat naik taxi. Jelas-jelas si taxi cuma jalan 20 km/jam karena jalanan
macet, si bule sudah ketakutan luar biasa karena menurutnya dia sedang naik
mobil F1 dengan kecepatan melebihi 200 km/jam! Nah lo?
Pernah
suatu hari tiba-tiba terdengar teriakan dari kamar 111 yang lokasinya dekat
dengan lobby area. Langsung saja saya hubungi security dan duty manager untuk
memeriksa kamar tersebut. Team kami baru saja sampai di depan kamar tersebut
ketika seseorang tiba-tiba keluar dari kamar itu dan langsung menabrak team
kami. Wajahnya pucat ketakutan. Kamipun bertanya ada apa sampai teriak-teriak
di kamar.
“A-ada
hantu!” Katanya.
Kami
berpandang-pandangan. Mana ada hantu nongol siang-siang begini?
Kamipun
mengajaknya kembali masuk dan menunjukkan kepada kami dimana hantunya. Tentu
dia menolak. Sekali, dua kali… Ketiga kalinya mencoba barulah akhirnya kami
semua masuk setelah berkali-kali kami berusaha membujuk.
“Dimana
hantunya?” chief security mengawali investigasi.
Pemuda
ini menunjuk ke arah cermin. Saya langsung teringat kuntilanak. Di film-film
horror kan kuntilanak suka keluar dari cermin. Hhhiii… saya jadi bergidik. Tapi
masa iya kuntilanak eksis juga di Bali?
Chief
security mendekat ke arah cermin, dan menyentuh permukaannya. Tentu saja, tidak
terjadi apa-apa.
“Tidak
ada hantu. Ayo sini! Ini tidak apa-apa kok.” Katanya.
Pemuda
itu masih tidak mau mendekat. Kami membujuknya kembali sampai dia mau, meskipun
kami sedikit menyeretnya untuk membuatnya yakin, bahwa di kamar itu tidak ada
hantunya. Pemuda itu perlahan-lahan membuka telapak tangan yang sedari tadi
menutupi wajahnya. Hanya sedetik ia mengamati wajahnya sendiri di cermin dan..
“Aaaaaaaa……
!!!! Setaaaannnnnnnnnn!!!!”
Lah?
berarti yang tadi dia bilang setan itu bayangannya sendiri di cermin???!!
Ternyata…
tamu saya ini sedang berhalusinasi setelah makan pizza topping magic mushroom
yang masih bersisa di atas meja di kamarnya. Ya ampun!
1 komentar
KAk anna, first job kakak di hotel apa? Btw, dapet kerja sebagai FO susah ga sih? hehhe
ReplyDelete