The Magic Mushroom

By Anna - July 08, 2013


Saya paling sebel kalau ada tamu saya yang nanya, “do you know where can I get magic mushroom?”

Bagi yang sering ke Bali dan suka pelesiran di area Kuta dan sekitarnya, pasti sudah tidak asing lagi dengan yang namanya magic mushroom. Magic mushroom ini sejatinya adalah sejenis jamur yang konon tumbuh dari kotoran sapi atau kerbau. Magic mushroom ini bisa memberikan efek halusinansi sesaat bagi penggunanya, namun bukan termasuk golongan narkotika yang sudah jelas dilarang penggunaanya. Di Jakarta saya dengar sudah banyak dilarang dan diawasi dari penanaman hingga peredarannya. Meski dilarang, anehnya di Bali banyak sekali ditemui penjualnya, entah di emperan, toko, bahkan sampai ke restoran!

Jamur halusinogenik seperti magic mushroom ini tergolong dalam genus Psilocybin. Jenis ini, telah diteliti di seluruh dunia dan diekstraksi ke dalam bentuk obat untuk mengobati penyakit neurologikdan psikiatrik, dan dipasarkan dengan tujuan eksperimental dan sebagai agen psikoterapi. Di beberapa negara di dunia, jenis jamur ini bahkan digunakan sebagai pengganti methadone untuk terapi pecandu narkotika. Meskipun begitu, jenis jamur ini tidak menyebabkan keracunan atau ketagihan. Cara mengkonsumsi magic mushroom ini juga unik, bisa dibikin jus atau langsung dicampur kedalam makanan dan dimasak bersamaan, seperti dibikin campuran sayur, nasi goreng, sampai martabak.

Efek setelah mengkonsumsi si jamur ajaib ini bervariasi, tergantung dari mood penggunanya sebelum mengkonsumsinya. Efek halusinogen dari jamur ini adalah mengeluarkan segala isi hati dan memberikan efek distorsi visual, ruang dan waktu. Jika pengguna jamur ini sedang dalam keadaan berbahagia, maka setelah mengkonsumsi jamur ini penggunanya akan menjadi berlebihan mengekspresikan euphoria kebahagiaannya. Efek yang paling sering saya lihat adalah tertawa terbahak-bahak tanpa control dan menyanyi lagu-lagu ceria dengan penuh penghayatan layaknya seorang penyanyi dalam konser tunggal. Efek sebaliknya, jika penggunannya sedang sedih, maka saat sedang dalam pengaruh jamur ajaib, penggunanya akan berkali-kali lipat kesedihannya bahkan depresi dan di beberapa kasus ada yang sampai melakukan percobaan bunuh diri segala. Hiii!

Seringnya, restoran masakan Bali yang lokasinya tepat persis di seberang hotel tempat saya kerja ini, pelanggannya ada yang tiba-tiba tertawa terbahak-bahak dan teriak-teriak di depan restaurant sehingga terdengar sampai ke dalam hotel.  Belakangan saya tahu, di restaurant ini juga menyediakan magic mushroom yang bisa dicampur ke berbagai masakan sesuai dengan pesanan! Tak hanya teriak-teriak, tamu ini juga bernyanyi-nyanyi sambil seakan-akan sedang mengadakan konser tunggal. Sudah tau sedang “fly”, orang-orang disekitarnya malahan menyemangati sang “penyanyi” dan suasanapun menjadi semakin hingar bingar.

Suatu malam sehabis hujan, seorang bule masuk ke lobby dengan dipapah seorang teman wanitanya dan dibantu seorang security. Saya kira si bule sakit atau apa, karena pas naik tangga lobby yang tingginya tak lebih dari 20 cm saja si bule sampai merangkak sambil bercucuran keringat seperti mendaki gunung Semeru. Begitu sampai di lobby, si bule duduk termenung dan menangis tersedu. Begitu musik di lobby mati (jeda dengan musik berikutnya) si bule makin kenceng nangisnya dan merengek-rengek minta diputarkan musik, persis seperti orang yang baru pertama kali mendengar musik. Begitu musik diputar lagi, si bule kembali sibuk dengan dirinya sendiri dan terlihat sangat menikmati. Sayapun iseng menanyai pacarnya kenapa si bule bisa seperti itu.
Nothing, just magic mushroom,” katanya.
Oh, pantas!
Si  cewek juga cerita, si bule ketakutan luar biasa saat naik taxi. Jelas-jelas si taxi cuma jalan 20 km/jam karena jalanan macet, si bule sudah ketakutan luar biasa karena menurutnya dia sedang naik mobil F1 dengan kecepatan melebihi 200 km/jam! Nah lo?

Pernah suatu hari tiba-tiba terdengar teriakan dari kamar 111 yang lokasinya dekat dengan lobby area. Langsung saja saya hubungi security dan duty manager untuk memeriksa kamar tersebut. Team kami baru saja sampai di depan kamar tersebut ketika seseorang tiba-tiba keluar dari kamar itu dan langsung menabrak team kami. Wajahnya pucat ketakutan. Kamipun bertanya ada apa sampai teriak-teriak di kamar.
“A-ada hantu!” Katanya.
Kami berpandang-pandangan. Mana ada hantu nongol siang-siang begini?
Kamipun mengajaknya kembali masuk dan menunjukkan kepada kami dimana hantunya. Tentu dia menolak. Sekali, dua kali… Ketiga kalinya mencoba barulah akhirnya kami semua masuk setelah berkali-kali kami berusaha membujuk.
“Dimana hantunya?” chief security mengawali investigasi.
Pemuda ini menunjuk ke arah cermin. Saya langsung teringat kuntilanak. Di film-film horror kan kuntilanak suka keluar dari cermin. Hhhiii… saya jadi bergidik. Tapi masa iya kuntilanak eksis juga di Bali?
Chief security mendekat ke arah cermin, dan menyentuh permukaannya. Tentu saja, tidak terjadi apa-apa.
“Tidak ada hantu. Ayo sini! Ini tidak apa-apa kok.” Katanya.
Pemuda itu masih tidak mau mendekat. Kami membujuknya kembali sampai dia mau, meskipun kami sedikit menyeretnya untuk membuatnya yakin, bahwa di kamar itu tidak ada hantunya. Pemuda itu perlahan-lahan membuka telapak tangan yang sedari tadi menutupi wajahnya. Hanya sedetik ia mengamati wajahnya sendiri di cermin dan..
“Aaaaaaaa…… !!!! Setaaaannnnnnnnnn!!!!”
Lah? berarti yang tadi dia bilang setan itu bayangannya sendiri di cermin???!!
Ternyata… tamu saya ini sedang berhalusinasi setelah makan pizza topping magic mushroom yang masih bersisa di atas meja di kamarnya. Ya ampun!


  • Share:

You Might Also Like

1 komentar

  1. KAk anna, first job kakak di hotel apa? Btw, dapet kerja sebagai FO susah ga sih? hehhe

    ReplyDelete