Rebutan View (Part 1)
By Anna - January 22, 2015
" Saya mau kamar yang
paling jauh dari jalan raya, menghadap laut, menghadap barat, lantai paling
atas, dan kalau bisa yang paling pojok."
Saya menghela napas panjang.
Tamu yang banyak maunya begini yang membuat saya paling males. Mau dituruti,
kok kamar yang diminta kebetulan tidak tersedia. Kalau gak dituruti, pasti
bawaannya ngambek, dan ujung-ujungnya ngancem, "I want to speak to the
manager..!" Aaaarrrgghhh...
Di hotel tempat saya bekerja ini
sebenarnya lokasinya lumayan jauh dari laut, sekitar 15 menitan kalau jalan
kaki. Kebetulan, posisi hotel menghadap ke utara, dengan kamar yang menghadap
ke barat dan ke timur. Karena di Bali ada batasan tinggi bangunan (yang saya
dengar bangunan tidak boleh lebih tinggi dari pohon kelapa), maka hotel inipun
tingginya hanya rata-rata (total hanya 4 lantai tidak termasuk basement).
Lokasi hotel berada di belantara Seminyak yang padat, dan hotel kami
berdempet-dempetan dengan restaurant butik, hotel dan villa, sehingga kamar-kamar
yang lokasinya berada di lantai 1 dan 2 minim view. Kamar di lantai 3 dan 4
selalu menjadi idola apalagi yang di sebelah barat karena ada pemandangan laut
(dari kejauhan) dan sore harinya bisa menikmati sunset (dengan catatan jika
udara cerah dan sedang tidak turun hujan).
Kerja di hotel begini
kadang-kadang memiliki tantangan tersendiri. Bagaimana tidak, hampir semua tamu
maunya di kamar paling atas, menghadap ke barat, dan bagian paling belakang
hotel yang view lautnya paling bagus. Tobat!
Saya sampai heran sendiri dengan
tamu-tamu model begini. Kalau mau kamar yang ada view lautnya kenapa gak
booking hotel yang punya laut aja sihhh??! Sudah jelas-jelas di hotel kami gak
ada laut, namun masih saja banyak request dari tamu yang maksa minta view laut.
Ketahuan banget yak tamu-tamu model gini gak mampu bayar hotel yang punya view
laut karena harganya yang mahal gila. Makanya, mereka nyari hotel yang agak
jauhan dari laut tapi masih memungkinkan ngeliat laut (dari jauh). Saya sampai
bosan menjelaskan bahwa semua permintaan khusus sifatnya 'tergantung
ketersediaan' atau kalimat kerennya 'selama persediaan masih ada'. Artinya?
Kalau ada ya pasti dikasih. Kalau gak ada ya sudah. Saya sampai hafal di luar
kepala kalimat sakti yang akan terucap secara otomatis jika ada tamu yang keras
kepala. "Excuse me, Maam. But all the requests are subject to
availability."
Tapi tetap saja sebagian dari
mereka masih tidak puas. Yang membuat sakit hati jika mereka dengan seenaknya
bilang, "But I have already booked it few months ago!" Yaelah.
Mau booking minggu lalu, kek, bulan lalu, kek, atau tahun lalu sekalian, kalau
pas check in kamar yang diminta gak ada ya gak ada. Dan dengan sadisnya tamu
bakalan jawab gini, "And I have already paid for that!"
Apah????!!! Bayar? Bayar kamar, maksudnya? Kalau cuma bayar kamar sih, semua
tamu juga bayar lah. Emangnya elu aja yang bayar? Maaak... rasanya pingin
bejek-bejek tamu yang model begini.
Ada juga ding yang ngeyel nanya,
kenapa gak bisa? Padahal kan gampang tinggal ngeblok kamar buat dia jauh-jauh
hari! Gampang dari Hongkong, kali yak?! Saya sampai jelasin mekanisme bloking
membloking kamar. Logikanya kan gini, percuma saja kamar jauh-jauh hari diblok,
kalau pas mendekati hari-H, ternyata kamar fully booked. Tentu, resepsionis
akan memberikan kamar mana saja supaya semua tamu dapat kamar, kan? Dan
kebetulan kamar yang di blok tadi dipakai tamu sampai dengan hari-H tamu
tersebut check in. Mau gak mau, karena kamar yang direquest tersebut sudah terisi
oleh tamu yang lain, tentu tamu tersebut akan dicarikan kamar lain (yang
kebetulan yang tersedia hanya kamar yang tidak sesuai dengan kamar yang sudah
direquest). Si tamu tetep aja ngeyel, "Gak bisa gitu dong! Kan aku sudah
bayar!" Alamak...!!! Tusuk aja gue, tusukkkk!!!
--Bersambung ke Part 2--
0 komentar