Pemberian Lebay

By Anna - August 01, 2013


Sebagai seorang customer service yang customer oriented, keberhasilan saya adalah ‘membahagiakan’ tamu. Melihat tamu yang senang dan berkata,
“I will miss this place so much.. I don’t want to go back home..”
Atau, “I am so happy to stay here with you all. Sure I’ll be back to stay with you again next holiday.”
Atau, “Thank you so much for everything. I wish I could stay longer…”
Namun saya akan sangat hepi kalau tiba-tiba nama saya muncul di good comment di review hotel saya di trip advisor. Taelah narsis kok terus.
Kalau tamu sudah senang dengan pelayanan yang kita berikan, tak usah menunggu, tamu akan dengan senang hati memeberikan ‘sesuatu’ sebagai imbalan. Mulai dari selipan rupiah, dolar, euro, atau mata uang lainnya, atau berupa benda lain mulai dari oleh-oleh khas turis seperti kaos bir bintang, makanan khas macam pia legong, sampai gantungan kunci bentuk papan surfing mini. Paling sederhana adalah ucapan terimakasih dan senyum manis. Saya sih senang saja karena yang senyum cowok surfer dari Australia atau Amerika itu rata-rata gating dan sexi-nya naudzubillah *iler netes. Gimana gak ngiler coba, mereka check out tapi dengan cueknya topless cuma pakai celana pendek doang sehingga bodinya yang tinggi kotak-kotak itu terlihat. Barang lain pemberian tamu yang pernah saya terima adalah koper warna oranye ngejreng merek Mango (yang akhirnya saya jual ke salah seorang teman karena oranye bukan warna favorit saya). Pernah juga saya dikasih sepatu merek Vincci meskipun ukurannya kebesaran, dan baju-baju U can see satu tas kresek besar dan kesemuanya merek Zara! Belakangan saya tahu koper tamu saya ini banyak dan gede-gede, sampai-sampai untuk mengangkut barang bawaannya saya harus kirim dua orang bellman! Pastinya, koper sebanyak dan seberat itu akan jadi sangat mahal untuk dibawa pulang ke negaranya karena harus membayar biaya over bagasi yang ampun mahalnya. Makanya, sebagian ‘muatannya’ sengaja diturunkan untuk meringankan beban koper.
Tamu yang senang dengan pelayanan kita, kadangkala tidak memberikan tip berupa uang atau benda, tapi berupa hal lain yang bagi saya sedikit berlebihan. Misalnya, saat saya masih magang di The Grand Beach, akibat kelamaan ngobrol tentang film India dengan seorang warga negara India bernama Mr. Sapru, beliau terang-terangan menawari saya tour gratis ke rumah artis Bollywood semacam Shahrukh Khan, Amitabh Bachan, Ranee Mukherjee dan sebagainya karena Mr. Sapru ini ternyata seorang produser! Saya memang ngefans berat dengan artis-artis Bollywood itu, tapi tour ke rumah mereka? Saya sih hanya menganggap lucu dan tour ini konyol sampai saya baca The Naked Travelernya Trinity dan tahu kalau Tour ke rumah artis itu ternyata betulan ada!


*)Bartender kids Club
Teman saya yang seorang bartender sampai rela jadi nanny demi membahagiakan tamunya

Pemberian berlebihan yang lain adalah tawaran menginap di rumah mereka kalau saya kebetulan main ke negaranya. Mulanya saya anggap bercanda, apalagi negara mereka nun jauh di selatan dunia. Tapi melihat kesungguhan pasangan bapak-Ibu paruh baya yang sedang saya handle ini, saya mengiyakan. Saya bilang kalau saya ingin ke negaranya akan sedikit repot karena urusan visa yang tidak mudah di dapat, apalagi bagi pemegang paspor warna ijo seperti saya.  Si bapak dengan entengnya menjawab,
“We also have a house in Singapore. We run business there as well. We go there every month. We’ll be very happy to have you stay in our house one day.”
Lagi-lagi karena si Ibu mendesak, saya akhirnya bersedia tukar-tukaran nomor telepon dengan beliau dan berjanji akan mengontak jika kami berkunjung ke negara asalnya di Autralia atau salah satu tempat kerjanya si Singapura kalau kebetulan saya kesana.

***
Setahun berlalu. Di sebuah kesempatan dimana saya harus ke Singapura untuk pertama kalinya, saya sempat tersesat karena tidak bisa membaca peta dan kesulitan jika harus naik MRT. Maklum, di negara kita kan tidak ada beginian. Singapura memang cuma se-uprit dan konyol rasanya kalau saya bilang saya tersesat, tapi namanya juga pertama kalinya, tentu bingung juga. Sementara kalau mau naik taxi, paling gampang adalah balik lagi ke airport tapi argonya mahal luar biasa apalagi di jam-jam katergori busy hours karena akan dikenakan charge tambahan. Saat kebingungan, berdua dengan salah satu teman saya dari Surabaya yang juga baru pertama kalinya ke Singapura, kami berinisiatif mengontak teman masing-masing, barangkali ada yang senggang dan bersedia mengantar kami ke hotel atau menemani jalan-jalan sebentar. Saat kepepet itulah, saya tak sengaja menemukan nomor Mrs. Caterine yang masih tersimpan di phone book handphone saya, dan iseng mengirimkan pesan singkat menanyakan kabar sekaligus mengabarkan bahwa saya sedang berada di Singapura dengan seorang teman. Mrs Caterine rupanya masih ingat dengan saya dan berjanji akan menjemput. Kebetulan, mereka juga baru datang ke Singapura seminggu sebelumnya.
Sedang asyik-asyiknya minum Bandung (minuman khas Singapura) di salah satu kedai makanan di Terminal 1, seorang wanita paruh baya menghampiri saya. Mrs Catherine! Rupanya Mrs. Catherine masih ingat dengan saya meskipun sudah setahun tidak ada kontak sama sekali. Beliau lalu menggiring kami ke parkiran mobil dan dengan cueknya membuka sebuah pintu mobil Hummer! Waaahh… ternyata si Mrs. Catherine ini tajir melintir di sini. Sayapun dibawa berkeliling dengan mobil super keren ini. Saya tidak sempat mabok karena Mrs. Catherine ngebut sepanjang perjalanan karena jalannya luruus aja dan tanpa macet. Kami diminta mampir dan menginap di rumah ‘kecil’nya, namun karena kami sudah terlanjur booking hotel, kamipun sepakat untuk tinggal di hotel saja selain karena ada keperluan lain yang harus diselesaikan.
Mau tahu apa yang sudah saya lakukan sampai si Mrs. Catherine dan suaminya sampai ‘segitunya’ dengan saya? Simpel saja. Saya secara tidak sengaja menemukan anting Mrs. Chaterine yang terjatuh dan mengembalikannya. Anting kecil sih, tapi sangat berharga bagi Mrs. Catherine karena anting itu pemberian turun temurun dari nenek buyutnya.


*)Bisa bangkrut kalo musti naik taxi disini

Note: Jangan sirik sama saya. hehehehe

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar