Sebagai
seorang customer service yang customer oriented, keberhasilan saya
adalah ‘membahagiakan’ tamu. Melihat tamu yang senang dan berkata,
“I
will miss this place so much.. I don’t want to go back home..”
Atau,
“I am so happy to stay here with you all. Sure I’ll be back to stay with you
again next holiday.”
Atau,
“Thank you so much for everything. I wish I could stay longer…”
Namun
saya akan sangat hepi kalau tiba-tiba nama saya muncul di good comment
di review hotel saya di trip advisor. Taelah narsis kok terus.
Kalau
tamu sudah senang dengan pelayanan yang kita berikan, tak usah menunggu, tamu
akan dengan senang hati memeberikan ‘sesuatu’ sebagai imbalan. Mulai dari
selipan rupiah, dolar, euro, atau mata uang lainnya, atau berupa benda lain
mulai dari oleh-oleh khas turis seperti kaos bir bintang, makanan khas macam
pia legong, sampai gantungan kunci bentuk papan surfing mini. Paling sederhana
adalah ucapan terimakasih dan senyum manis. Saya sih senang saja karena yang
senyum cowok surfer dari Australia atau Amerika itu rata-rata gating dan sexi-nya
naudzubillah *iler netes. Gimana gak ngiler coba, mereka check out tapi
dengan cueknya topless cuma pakai celana pendek doang sehingga bodinya yang
tinggi kotak-kotak itu terlihat. Barang lain pemberian tamu yang pernah saya
terima adalah koper warna oranye ngejreng merek Mango (yang akhirnya saya jual
ke salah seorang teman karena oranye bukan warna favorit saya). Pernah juga
saya dikasih sepatu merek Vincci meskipun ukurannya kebesaran, dan baju-baju U
can see satu tas kresek besar dan kesemuanya merek Zara! Belakangan saya
tahu koper tamu saya ini banyak dan gede-gede, sampai-sampai untuk mengangkut
barang bawaannya saya harus kirim dua orang bellman! Pastinya, koper sebanyak
dan seberat itu akan jadi sangat mahal untuk dibawa pulang ke negaranya karena
harus membayar biaya over bagasi yang ampun mahalnya. Makanya, sebagian
‘muatannya’ sengaja diturunkan untuk meringankan beban koper.
Tamu
yang senang dengan pelayanan kita, kadangkala tidak memberikan tip berupa uang
atau benda, tapi berupa hal lain yang bagi saya sedikit berlebihan. Misalnya, saat
saya masih magang di The Grand Beach, akibat kelamaan ngobrol tentang film
India dengan seorang warga negara India bernama Mr. Sapru, beliau terang-terangan
menawari saya tour gratis ke rumah artis Bollywood semacam Shahrukh Khan,
Amitabh Bachan, Ranee Mukherjee dan sebagainya karena Mr. Sapru ini ternyata
seorang produser! Saya memang ngefans berat dengan artis-artis Bollywood itu,
tapi tour ke rumah mereka? Saya sih hanya menganggap lucu dan tour ini konyol
sampai saya baca The Naked Travelernya Trinity dan tahu kalau Tour ke rumah
artis itu ternyata betulan ada!
*)Bartender kids Club
Teman saya yang seorang bartender sampai rela jadi nanny demi membahagiakan tamunya
“We
also have a house in Singapore. We run business there as well. We go there
every month. We’ll be very happy to have you stay in our house one day.”
Lagi-lagi
karena si Ibu mendesak, saya akhirnya bersedia tukar-tukaran nomor telepon
dengan beliau dan berjanji akan mengontak jika kami berkunjung ke negara asalnya
di Autralia atau salah satu tempat kerjanya si Singapura kalau kebetulan saya
kesana.
***
Setahun
berlalu. Di sebuah kesempatan dimana saya harus ke Singapura untuk pertama
kalinya, saya sempat tersesat karena tidak bisa membaca peta dan kesulitan jika
harus naik MRT. Maklum, di negara kita kan tidak ada beginian. Singapura memang
cuma se-uprit dan konyol rasanya kalau saya bilang saya tersesat, tapi namanya
juga pertama kalinya, tentu bingung juga. Sementara kalau mau naik taxi, paling
gampang adalah balik lagi ke airport tapi argonya mahal luar biasa apalagi di jam-jam
katergori busy hours karena akan dikenakan charge tambahan. Saat
kebingungan, berdua dengan salah satu teman saya dari Surabaya yang juga baru
pertama kalinya ke Singapura, kami berinisiatif mengontak teman masing-masing,
barangkali ada yang senggang dan bersedia mengantar kami ke hotel atau menemani
jalan-jalan sebentar. Saat kepepet itulah, saya tak sengaja menemukan nomor
Mrs. Caterine yang masih tersimpan di phone book handphone saya, dan
iseng mengirimkan pesan singkat menanyakan kabar sekaligus mengabarkan bahwa
saya sedang berada di Singapura dengan seorang teman. Mrs Caterine rupanya
masih ingat dengan saya dan berjanji akan menjemput. Kebetulan, mereka juga
baru datang ke Singapura seminggu sebelumnya.
Sedang
asyik-asyiknya minum Bandung (minuman khas Singapura) di salah satu kedai
makanan di Terminal 1, seorang wanita paruh baya menghampiri saya. Mrs
Catherine! Rupanya Mrs. Catherine masih ingat dengan saya meskipun sudah
setahun tidak ada kontak sama sekali. Beliau lalu menggiring kami ke parkiran
mobil dan dengan cueknya membuka sebuah pintu mobil Hummer! Waaahh… ternyata si
Mrs. Catherine ini tajir melintir di sini. Sayapun dibawa berkeliling dengan
mobil super keren ini. Saya tidak sempat mabok karena Mrs. Catherine ngebut
sepanjang perjalanan karena jalannya luruus aja dan tanpa macet. Kami diminta
mampir dan menginap di rumah ‘kecil’nya, namun karena kami sudah terlanjur
booking hotel, kamipun sepakat untuk tinggal di hotel saja selain karena ada
keperluan lain yang harus diselesaikan.
Mau
tahu apa yang sudah saya lakukan sampai si Mrs. Catherine dan suaminya sampai
‘segitunya’ dengan saya? Simpel saja. Saya secara tidak sengaja menemukan
anting Mrs. Chaterine yang terjatuh dan mengembalikannya. Anting kecil sih,
tapi sangat berharga bagi Mrs. Catherine karena anting itu pemberian turun
temurun dari nenek buyutnya.
*)Bisa bangkrut kalo musti naik taxi disini
Note:
Jangan sirik sama saya. hehehehe
0 komentar