Hiiiii Sereeemmmm...!!!

By Anna - March 31, 2012


Seperti kebanyakan orang yang percaya adanya hal-hal mistis diluar jangkauan otak, saya juga percaya. Kalau di film-film banyak yang berkisah mengenai hantu di gedung tua, di hotel tempat saya kerjapun (meski tidak bisa dibilang gedungnya sudah tua) hal-hal mistis itu sepertinya memang betulan ada.

Akhir-akhir ini beredar rumor gak enak dari beberapa rekan mengenai hantu di hotel. Perbincangan seputar hantu berwujud perempuan berambut panjang ini tak hanya terjadi di tempat kerja, tapi juga di kantin, dan semakin santer ketika kasak kusuk di locker dengan segerombolan teman yang juga doyan ngerumpi.  Cerita datang dari salah seorang staff reservasi. Suatu hari yang biasa-biasa saja, dia terpaksa harus lembur di kantor sendirian. Jam baru menunjukkan pukul 8, tapi suasana kantor reservasi yang nyambung ke area accounting sudah sepi. Maklum, karena office hour kan hanya sampai jam 6, yang otomatis semua penghuninya bakalan kabur kalau sudah lewat jam itu. Teman saya ini lagi enak-enaknya ngeprint reservasi, ketika ada suara-suara di belakang pintu di sebelah toilet. Celingak celinguk, tidak ada orang sama sekali. Tapi ketika kembali ke mejanya, dia lihat sudah ada seseorang yang duduk di situ, penampakan seorang wanita berambut panjang terurai yang dia asumsikan si kunti. Hiiiiiii… teman saya itu sontak menjerit dan berlari ketakutan. Seketika sekuriti datang dan melihat keadaan. Mbak kunti tadi sudah tidak ada di tempatnya.

Sialnya, seminggu setelahnya saya ketiban masalah menghandle tamu yang ngakunya udah reservasi tapi di system belum ada. Mana kondisi hotel sedang fully booked, alias tak ada kamar lagi yang tersedia. Duty manager yang kebetulan membantu saya menangani tamu ini menenangkan, mungkin berkas yang di fax ke reservasi sudah masuk tapi belum reserved. Jadilah setengah memaksa, duty manager meminta saya naik ke lantai dua untuk nyari itu fax. What?! Ke ruang reservasi sendirian tengah malam gini??! Saya yang sudah parno duluan mau tidak mau menggeret seorang teman receptionist yang juga penakut untuk menemani saya naik. Sampai di atas, suasana benar-benar gelap karena lampu sudah dimatikan. 11 malam ini bo! Grudak gruduk kami berdua bergerak secepat kilat mencari-cari mesin fax. Dan aha! Ketemu! Kami berdua bergegas cabut melewati tangga darurat karena ke lobby paling cepat ya lewat situ. Sialnya, di tangga darurat lampunya mati. Tapi meski gelap, kami berdua pantang mundur balik ke jalan yang seharusnya karena harus turun pakai elevator yang lemot, secara kami sudah ditungguin tamu di lobby. Ketika akan membuka pintu tangga untuk keluar, pintu terdorong sendiri ke arah saya dan sesuatu menabrak saya. Saya yang parno langsung saja jejeritan hingga teman saya menenangkan, ’Biasa aja kali mbak, ini kan cuma housekeeping.’ Ugh! Siapa suruh bikin kaget!

Minggu pertama incharge sebagai guest relation officer (GRO), saya digembleng habis-habisan untuk jadi pemberani. Alasannya, karena GRO satu-satunya staff hotel yang paling leluasa berkeliaran kemana-mana, ya ke kamar tamu, ya ke public area, ya stand by di lobby, kalau perlu malahan sampai ke laundry dan housekeeping segala hanya untuk ngambil barang tamu yang ketinggalan. Kalau keliling-kelilingnya pagi atau siang sih, no problem. Lah kalau malam? Saya suka merinding disko sendiri saat harus inspeksi kamar (apalagi) malam-malam.  Hotel tempat saya bekerja ini memiliki 28 lantai. Dan secara sistematis, kamar di lantai bawah adalah jenis kamar-kamar level standart dan semakin ke atas jenis kamar semakin luas dan semakin mahal, semacam type-type suite room, sehingga lantai bawah lebih padat penghuninya dan semakin ke atas semakin jarang karena jumlah kamarnyapun jauh lebih sedikit. Nah, logikanya kan, kamar-kamar suite yang luas dan mahal itu lebih jarang laku daripada yang standart. Sehingga lantai atas yang sudah sepi itu jarang dihuni.

Malam itu, ada seorang pejabat teras yang mau check in. Karena levelnya pejabat, biasanya yang disewa adalah jenis royal suite di lantai 27 yang kamarnya nyambung dengan kamar di sebelahnya yang biasanya ikut juga disewa untuk ajudan-ajudannya. Karena pejabat ini termasuk tamu VVIP, jadilah kamarnya harus benar-benar perfect. Sebenarnya ada butler yang akan incharge di sana, namun karena ini tamu VVIP, GRO pun harus ikut turun tangan untuk menginspeksi kelengkapan dan kondisi kamar.  Jadilah saya harus ke sana malam- malam sendirian untuk inspeksi. Karena takut, saya menggeret seorang mas mas housekeeping yang memang hendak ke kamar itu untuk turn down service. Karena ada teman, saya jadi lebih pede dan berani. Semua sudut ruangan, livingroom, bedroom, Kitchen sampai Jacuzzi area sudah saya puterin. Tinggal masuk ke ruang ajudan. Karena di kamar utama baik baik saja, sayapun pede masuk sendirian. Lagian toh ruangan ini nyambung, pikir saya. kalau ada apa-apa pun, masih ada mas-mas housekeeping di sebelah yang siap membantu.

Saya lagi enak-enaknya mengecek sudut ruangan di toilet ketika saya merasa seperti ada sesuatu yang lewat di belakang saya. Saya kira mas –mas housekeeping. Saya lalu mengetes dan berteriak, “sudah belum mas…??!”. Mas –mas housekeeping menyahut sih, tapi suaranya jauuuhh… di ujung ruangan satunya. Berarti, memang mas housekeeping masih di ruangan sebelah. Lah yang barusan? Saya mulai merinding. Dengan cepat saya bergegas kembali ke royal suite, ketika langkah saya tertahan di pintu bathroom. Saya melihat sesosok entah apa, berwarna putih dan tinggi, berdiri tepat di bedside pojokan kamar tidur. Lutut saya langsung lemas, mau teriakpun rasanya hanya tercekat di tenggorokan.  Dua detik rasanya seperti lima jam. Entah mukjizat darimana, tiba-tiba mas-mas housekeeping muncul dan mencolek saya. Saya langsung tersadar dan sosok itu sudah tidak berada di tempatnya. Sayapun bercerita kepada mas-mas housekeeping tentang apa yang barusan terjadi. Mas-mas housekeeping yang sudah 7 tahun bekerja di hotel ini lalu bercerita, “dia mau kenalan sama mbak, kan mbak baru di sini. Dia memang suka begitu. Tapi setelahnya dia gak akan pernah mucul lagi, kok.” Saya menyedengkan telinga. Hah? Kenalan? Yang bener saja. Masa iya mahluk begituan ngajak kenalan? Hiiiii….

Hari-hari selanjutnya saya membekali diri dengan ayat kursi dan macam-macam doa yang diajarkan teman-teman di kosan untuk ‘mengusir’ mahluk tak berwujud itu. Entah mas-mas housekeeping itu yang benar, atau karena doa-doa yang selalu saya ucapkan kala harus ke lantai atas, saya tidak pernah lagi ketemu dengan mahluk putih itu.

Yang aneh, saat saya menulis ini, entah mengapa saya jadi merinding sendiri.


  

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar