Enaknya kerja di hotel mana, ya?
Berangkat dari secuil pertanyaan itulah, post kali ini
ditulis.
Sebagai seorang staff hotel yang sudah duluan nyemplung di
dunia perhotelan, saya banyak sekali menerima pertanyaan dari teman-teman
seangkatan mengenai bagaimana memilih hotel yang tepat untuk bekerja.
Maksudnya, menentukan hotel yang tepat dengan keinginan dengan standart yang
sesuai dengan apa yang kita harapkan. Kalau saya sudah mulai buka suara, mereka
akan langsung mendengung, “aaahh…kalau mau kerja di hotel yang bagus kan sulit
sekali! yang mana dulu saja lah.. yang penting diterima!”. Sejujurnya, statement
seperti itu ada benarnya. Tapi, sebagai calon staff kita juga punya hak untuk
memilih mana yang terbaik, baik dari segi keseharian kerja, upah, kebijaksanaan
management, program hotel, hingga jenjang karir. Banyak juga rekan saya yang
sudah jauh-jauh meninggalkan pekerjaannya di Surabaya dibela-belain ke luar
pulau berpindah ke lain “hati” (baca: hotel) yang menyesal setelah bekerja di
sana karena kenyataannya tidak sesuai dengan yang mereka bayangkan sebelumnya.
Sedikit tips berikut saya rangkum dari nasehat-nasehat orang-orang dekat dan
saya alami sendiri. Semoga bisa membantu mahluk-mahluk galau di luar sana yang
sedang bingung menentukan pilihan mau bekerja di hotel yang mana.
1. Kenali kepribadian.
Loh? Ini bicara masalah hotel apa mau psikotes? Jangan
salah! Nyari hotel itu ibarat nyari pacar. Harus pas dan sesuai dengan visi dan
misi hati. Sebagus apapun hotelnya, kalau tidak sesuai dengan kepribadian anda,
anda tidak akan enjoy kerja di sana. Semisal anda adalah seseorang yang
menyukai segala hal yang baru dan cepat bosan dengan situasi yang statis. Anda
pasti akan bête jika harus bekerja di business hotel yang begitu-begitu saja.
Sebaliknya, bekerja di sebuah resort yang banyak turis, akan menjadi hal yang
sangat menyenangkan buat anda. See?
2. Visi misi anda dalam bekerja.
Kebanyakan dari kita pasti memiliki tujuan tersendiri dalam
bekerja. Misalnya, prioritas dalam pendapatan, atau prioritas dalam berkarir.
Kalau prioritas anda adalah uang, hotel yang seharusnya dipilih adalah yang
memiliki service charge yang tinggi dan memiliki banyak tamu. Semakin banyak
tamunya, biasanya peluang untuk mendapatkan banyak tip juga semakin besar
(dengan catatan, pekerjaan anda yang bersifat guest contact). Jika prioritas
anda adalah karir, carilah hotel yang turn overnya tinggi. Maksudnya,
banyak staff yang keluar masuk. Dengan banyaknya vacancy di hotel
tersebut, berarti peluang anda mendapatkan posisi baru juga lebih terbuka,
bukan?
3. Kenali management hotel.
Beberapa rekan, juga saya, kadang tergiur untuk ‘loncat’ ke
hotel sebelah yang baru buka dan berbintang sama. Mulanya sih iri juga melihat
teman yang sudah loncat duluan dan bertengger dengan posisi baru yang lebih
‘wah’. Namun, setelah 3 bulan berjalan, muncullah keluhan-keluhan baru seperti “ternyata
managementnya tidak bagus,” atau “waaahhh berantakan lah pokoknya di sana”.
Nah, meski kelihatannya terlalu general, mengenali management itu penting. Saya
jauh lebih percaya dengan management internasional semacam Starwood, Shangri
La, Hyatt, JW. Marriott, dan sebagainya ketimbang management lokal yang baru
beberapa tahun saja berdiri. Bukan saya meremehkan management lokal, namun
sebagai pekerja seharusnya kita tahu ‘apa yang terjadi dengan perusahaan’.
Berkaca dari pengalaman rekan saya yang ‘menclok’ ke hotel baru di sebelah
dengan management acak adut, belum setahun berdiri, nama hotel dan
managementnya sudah berubah. Nah, lo? Ada juga satu hotel yang ‘turun bintang’
sejak managementnya berubah. Jumlah bintang itu, bagi saya sangat berpengaruh dengan
image dan kredibilitas sebuah hotel. Kalau bintangnya turun, otomatis,
pendapatan akan turun karena harga kamarnya jadi lebih murah.
4. Sesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Banyak orang sukses di perantauan. Karena dengan berada di
perantauan, alam mengajarkan kedisiplinan dan kemandirian. Kalau situasi dan
kondisi memungkinkan, bekerja di hotel di negeri ‘seberang’ sebetulnya lebih
menjanjikan. Namun, kalau situasi dan kondisi tidak memungkinkan seperti saya
(saya ngiler kerja di kapal pesiar), ya cari yang bagus di sekitar sini saja.
5. Business hotel atau resort?
Itu kembali ke passion anda masing-masing. Kerja di resort
lebih santai karena lebih kasual. Kerja di business hotel terkesan kaku dan
terlalu resmi karena memang standartnya seperti itu. Saya jadi ingat teman saya
yang anak housekeeping di hotel yang mengeluh kerja di resort karena hampir
semua kamar seperti kapal pecah pas check out. Sebaliknya teman saya yang kerja
sebagai concierge di business hotel mengeluh karena susah sekali mendapat tip.
Saya? mengeluh karena susah cari cowok bule ganteng di business hotel.
Piiiiiissss!
Buat yang masih galau juga, baca juga post enak dan gak enaknya kerja di hotel
Jadi, sudah ada pilihan mau ‘nembak’ hotel yang mana?
3 komentar
Mau tanya nih kak, kalau tau ya, kira2 saya dengan cuma lulusan SMA bisa coba di hotel yg kyk gimana yah? hehehhe thanks
ReplyDeleteLulusan SMA bisa-bisa aja sih ke hotel, tapi mungkin ditempatkannya di bagian yang guest contactnya masih belum terlalu banyak dan pengaruhnya terhadap service masih kurang begitu besar. Misalnya housekeeping yang back house atau F&B service yang masih dalam pengawasan F&B staff. Semoga membantu ^_^
ReplyDeletenice blog.:)
ReplyDelete