Mengejar Pengakuan

By Anna - May 18, 2020

“Mama... look! I made crocodile!” Putri semata wayang saya dengan bangga memamerkan gambar buaya yang dibuatnya. Saya hanya tersenyum dan memintanya mewarnainya. Rupaya, ia lebih memilih menggambar binatang lain dan mewarnainya.



“Mama... look!” Katanya lagi meminta perhatian. Padahal sedari tadi saya memperhatikannya menggambar. 
“This is flamingo!” Katanya lagi. 



Saya yakin para orang tua di luar sana juga mengalami hal yang sama. Anak-anak kecil biasanya memang suka mencari perhatian dan selalu ingin pamer kepada orangtuanya. Tidak ada yang salah dengan itu. Justru kita sebagai orang tua dianjurkan untuk mengapresiasi hasil karya anak supaya anak menjadi percaya diri. 

Namun apa jadinya jika hal ini terbawa hingga dewasa? 
“ Saya ini manager loh!”
“ Saya baru saja beli villa di Bali seharga 10 M.”
“ Oh ya, saya istri pak ABC yang kepala dewan itu..” 
Saya sering sekali mendengar pernyataan seperti ini, yang secara tidak langsung sebenarnya ingin mengatakan, “ lihatlah aku- lihat karirku, lihat rumahku, lihat statusku...”

Orang-orang berlomba-lomba menampilkan successful image mereka. Kehidupanpun lama kelamaan menjadi ajang pertandingan. Siapa yang lebih kaya, lebih cantik, rumah siapa yang paling mewah, dan lain-lain. Akan tetapi tanpa kita sadari, kehidupan seperti ini menjadi penuh stress dan tekanan. Kalau menang, kita jadi sombong, kalau kalah kita jadi iri dengki, lalu membuat isu murahan untuk menjatuhkan image yang menang. 

Alangkah damainya jika kita hidup tanpa harus membuktikan bahwa kita ini sudah ‘jadi orang’. Hidup tanpa membuat orang lain terkesan. Tak perlu berjuang keras hanya untuk mengejar sebuah pengakuan. Saking kerasnya berjuang hingga kita lupa untuk membahagiakan diri sendiri. 

Lalu bagaimana caranya supaya terlepas dari jeratan mengejar pengakuan? Bersyukur. Apapun kondisi anda saat ini, bisa jadi adalah kondisi yang diimpikan orang lain. Ingatlah bahwa siapapun anda, anda baik dan berharga di mata Tuhan. Tak perlu risau dengan pendapat orang lain, dan mulailah hidup menjadi diri anda sendiri. Jika harus ada pembuktian, maka satu-satunya pembuktian yang harus dilakukan adalah membuktikan pada diri sendiri bahwa anda telah melakukan yang terbaik.

“Jangan pernah meletakkan kunci kebahagiaan anda di saku orang lain.” (Unknown)

  • Share:

You Might Also Like

2 komentar

  1. Amin amin smoga AQ bisa selalu bersyukur Dengan semua yag ada

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin amin amin!
      Terimakasih sudah mampir 😊

      Delete