Kapok Kayaking!

By Anna - July 28, 2011



Liburan kemarin saya tidak pergi kemana-mana, dan entah mengapa kok saya malas sekali ngapa-ngapain. Karena gak ada kerjaan dan gak tau enaknya ngapain, mulailah saya iseng membuka-buka file foto lama saat saya masih di Bali. And you know guys, I kept a lot of my story there.

Yeah, saya tanpa sengaja membuka file foto saat saya liburan di pantai geger. Dan saya jadi teringat sebuah cerita. Ceritanya saat itu saya, adik laki-laki saya dan Harajuku berencana main ke pantai. Tujuan pertama sih, pantai Kuta, tapi karena kami bertiga dan motor hanya satu, gak mungkin kami naik motor boncengan bertiga karena pasti bakalan dicegat polisi.Finally, dicarilah pantai yang lokasinya dekat dan dijamin gak ada polisinya. Pilihan jatuh ke pantai geger. 


Lokasinya hanya 10 menit dari kosan saya, posisi pantai ini memanjang di belakang hotel St. Regis (lokasi geografis tepatnya saya tidak tahu). Sebelumnya saya pernah kesini sore-sore, tapi karena saat itu air laut sedang surut maka jelek sekali pemandangannya—kelihatan sekali ada banyak rumput laut yang dibudidayakan di sana-sini, saya jadi urung berenang karena takut gatal (sebenarnya saya tidak tahu apakah berenang di antara rumput laut itu bisa menyebabkan gatal atau tidak, tapi yang jelas saya ogah berenang—lebih tepatnya hanya berkecipak karena saya tak bisa berenang).


Kami sedang beruntung saat itu—turis tidak terlalu banyak dan air tidak sedang surut. Saya dan harajuku berendam di air dangkal dan berbincang, sedangkan adik saya—Azis lebih suka berenang dekat turis Jepang. Yah, diantara kami bertiga, hanya Azis satu-satunya yang bisa berenang. Dan sialnya lagi dia malahan lebih asyik berenang sambil menggoda cewek-cewek Jepang yang bening-bening itu daripada mengajari kami berenang. 

Saat sedang santai berendam itulah, tiba-tiba sebuah kayak meluncur begitu saja menghampiri kami. Kaget, langsung kami bubar dan ngibrit karena takut tertabrak. Eeh… penumpang kayak yang cewek-cewek Jakarta itu (saya taunya karena mereka ngomongnya elu-gue) malah ketawa-ketawa dan gak minta maaf sama kami yang sudah dibikin kaget dan membuat acara berendam kami tidak nyaman. Tapi entah mengapa melihat mereka bermain kayak dari pantai, saya jadi kepingin bermain kayak juga. Akhirnya sayapun memutuskan untuk menyewa kayak. Harganya gak murah, 50 ribu per jamnya. Dan maksimal hanya bisa dipakai 2 orang. Mau gak mau, karena kami bertiga ya, mainnya musti gantian. Sebelum kayaking, pemilik memberikan sedikit instruksi; pertama kayakinglah yang aman, artinya tidak boleh melewati bendera merah yang jaraknya kira-kira 50 meter dari bibir pantai, karena ombaknya besar dan lautnya dalam. Kedua, jika ingin belok ke kiri, maka dayunglah ke kanan, dan sebaliknya. Siaaaappp Paaaakkk…..!!

Percobaan pertama, aku di depan dan Azis di belakang.  Jalan mulus banget. Saya semangat sekali mendayung, sesekali tabrakan dengan kayak cewek Jakarta yang tadi hendak menabrak saya. Wuih.. senangnya saya! Dan ternyata mengemudikan kayak gampang sekali, seperti instruksi yang diberikan, jika ingin belok kanan maka dayunglah ke kiri, dan sebaliknya.

Satu putaran telah usai, gantian Harajuku yang naik kayak bersama saya. Sepert biasa, saya duduk di belakang. Kali ini saya malas berdayung, saya hanya leyeh-leyeh saja sambil rebahan menikmati semilir angin. Harajuku juga sepertinya ingin rileks, dan setelah sekian menit kami bersantai…


Kami mendengar teriakan-teriakan dari arah pantai. Seketika kami terbelalak, karena jarak antara kayak kami dengan pantai sudah terlihat jauh sekali, sementara jarak antara kayak dengan bendera merah sangat dekat. Pantas kayak terus-terusan oleng, karena ombak yang lumayan kencang. Kamipun jadi panik, dan berusaha memutar arah menuju pantai. Kami dayung sekuat tenaga ke kiri-kiri-kiri. Tapi kok ya kayak malah semakin jauh ke tengah. Kami kayuh dayung ke kanan-kanan-kanan. Tapi tak membuahkan hasil. Kami terus mendayung tanpa arah. Nihil.


Keringat dingin langsung membasahi sekujur tubuh saya. Jujur saya takut sekali, karena baik saya maupun Harajuku sama-sama tak bisa berenang. Kalau sempat kayak oleng dan terbalik, kalau saya harus tercebur, saya pasti tenggelam. Ya Tuhan, saya benar-benar takut…

Dengan pasrah, kamipun melambaikan tangan ke arah instruktur yang tadi menyewakan kayak ke saya. Untungnya instruktur tadi segera bertindak cepat, mengambil speed boat lalu meluncur ke arah kayak saya. Sayapun tertolong…

Sejenak kami lega karena terhindar dari bahaya. Instruktur menenangkan kami, memberikan kami sebotol minuman. Setelah agak rileks, saya pun mendatangi instruktur tersebut berniat mengembalikan kayak dan meminta bill.

“Baru juga setengah jam, mbak. Ini charge-nya 1 jam loh..” si instruktur malah rese mengompori saya. Tapi saya sudah terlanjur kapok, dan menggeleng pasrah.

“Gak deh mas, saya kapok. Setengah jam lagi naik itu kayak, saya mungkin sudah ada di dimensi lain.” Mas-mas instruktur malah ketawa setan.

“Ini mbak bill-nya.” Mas-mas instruktur kemudian memberikan bill kepada saya.

Buset! 250 ribu!!!

“50 ribu untuk kayak 1 jam, 100ribu untuk charge minuman, dan 100ribu untuk charge boat.” Hah....!!!!!!!!!!!!! ini sih mencari kesempatan dalam kesulitan...


Dan...


Sejak saat itu saya benar-benar kapok kayaking lagi!



*)Sebenarnya iri sekali dengan anak-anak kecil yang jago main kayak ini






  • Share:

You Might Also Like

0 komentar